Hot Chocolate Pudding with a Fondant Centre

Para pembeli sibuk memilih makanan yang mereka mau. Seorang gadis remaja sibuk melayani mereka. Aku mengintip dari ambang pintu mengawasi nya.

“Ting.” Suara macrowave terdengar dari arah dapur.

Roti coklat mengembang menghamburkan aroma sampai keluar ruangan. Dalam sekejap roti yang baru saja diangkat itu langsung lenyap oleh para penggemarnya.

Ya. Roti coklat buatanku itu memang sangat khas. Coklatnya langsung meleleh dalam satu gigitan. Meskipun pada awalnya aku tidak percaya.

Ketika para pelanggan sudah mulai sepi, aku melihat sebuah papan bertuliskan “Rolat” yang artinya roti coklat. Ini semua berawal dari gadis remaja itu, adik kelas ku yang senang dengan roti buatanku. Padahal, waktu itu adalah pertama kalinya aku membuat roti yang resepnya aku dapat dari internet.

Kala itu, kami duduk di bangku sekolah yang sama di sebuah sekolah berasrama. Aku menginjak tahun keduaku dan dia duduk ditahun pertamaa. Kamarnya berada di sebelah kamarku. Waktu itu aku dia sedang meringkuk kedinginan. Aku mengambil selimutku dan menyelimutinya. Dia tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Sampai sekarang, selimut itu belum juga dikembalikan.

Selang beberapa hari, dia membawakan ku roti coklat sebagai tanda terima kasih yang membuatku berfikir untuk membuatnya. Setelah kuteliti, sepertinya tidak begitu sulit. Ternyata, roti pertama buatanku agak sedikit aneh. Tapi menurut adik kelasku itu, rasanya sangatlah enak. Nah, dari situlah awal mulanya aku membuat roti coklat.

 

Gadis itu datang dari dalam dan melihat ke arahku, “Kak, sepertinya kita butuh membuat bentuk roti yang baru, yang lebih bervariasi dak menarik.”

Aku tersenyum mendengarnya. Di pikiranku adalah roti berbentuk selimut yang berlapis coklat.

“Mmmm, trobosan luar biasa.” Gumamku.

—oOo—

 

Leave a comment